Saturday, February 1, 2014

Melihat Dunia dengan Pikiran

Sejenak terlintas dalam angan singkat dalam sebuah pertanyaan sederhana, “pernahkah kita bertanya pada pikiran sendiri ?” diriku menjawab agak setengah berpikir “ya, sering bahkan hampir setiap melihat obyek dengan sekantung pertanyaan, ya mungkin”. Setiap orang pasti sependapat denganku tapi dengan pikiran masing-masing dengan penafsiran yang berbeda-beda pula. Menurutku arti kata berpikir yaitu diam sambil menyusun kata-kata di dalam otak masing-masing dan didukung oleh tangan yang memegangi kepala dengan mata agak kurang fokus :D. coba saja diam sejenak, pasti akan berpikir tentang sesuatu walaupun itu gak terlalu amat penting untuk dipikirkan. secanggih-canggihnya computer sampai yang menggunakan VGA paling mutakhir pun tetap saja tidak dapat berpikir sendiri, namun sebodoh-bodohnya manusia masih bisa berpikir.
Dunia memang indah bila dengan mata, tapi tanpa pikiran, dunia tidak akan bisa bicara (menurutku sih :D). maksudnya bila hanya melihat tapi tidak dipikirkan bagaimana bisa membentuk sebuah kalimat?.manusia secara pikiran mempunyai dua dunia, yaitu dunia nyata dan dunia angan (imajinasi) yang kurang bisa dimengerti. Dengan pikiran, saya bisa melihat kedua dunia tersebut, tapi tidak untuk mata. Di sisi lain, dunia imajinasi saya anggap sebagai ajang pemanasan sebelum terjun ke dunia sebenarnya atau dengan kata lain, diriku menggunakan pikiran untuk menjalankan alur cerita di dalam dunia imajinasi. Jika alur cerita dalam dunia imajinasi ku tidak melenceng dari naskah, saya mencoba mengkolaborasikan mata dan pikiranku untuk mempersepsikan dalam dunia nyata (real world).terkadang setiap tulisan yang saya baca bisa menjalankan setiap scene dalam dunia imajinasiku. Seperti halnya saya belajar renang sebelum melakukan kegiatan dayung atau rafting, jika saya jatuh perahu, setidaknya saya sudah belajar renang agar tidak tenggelam nantinya.
Berpikir itu luas, bahkan bisa sampai di pinggiran Galaksi Bimasakti, bahkan bisa lebih. Berimajinasi itu luas, tapi dengan pikiran kita membatasinya. Pikiran mungkin hanya sebatas membuat tulisan terhadap obyek apa yang direspon oleh mata dan akan dikembangkan lagi obyek tersebut tapi hanya bebrapa tulisan dalam bentuk angan. Jadi apa yang ditulisakan hanya yang ‘berpikir’ itu yang mengerti maksudnya. Rangkaian kata yang diolah oleh pikiran mungkin masih kurang sistematis atau masih acak. Bibir sebagai filter kalimat sebelum terlontar ke udara dan mampir-mapir ke telinga pendengar. So, kalian ada karna kalian berpikir :D

No comments:

Post a Comment