Terlalu
kaya apabila menyebutnya dengan terus mengharapkanya namun terlalu miskin
apabila menyebutnya dengan ketidakpedulian. Betapa indah sisi dari
kesederhanaanmu yang begitu lihai mempermainkan waktu. Rumit untuk mengartikan
yang sesungguhnya. Tertahan itu ibarat menggenggam erat es di gurun pasir,
sebenarnya itulah yang kau butuhkan dan menjadi harapan namun terasa nyeri jika
tetap menggenggamnya. Kecemburuan dengan waktu yang nyata tak terelakan lagi. Sesuatu
yang tak terucap itu memang indah tetapi yang nyata itu sangat mengesankan. Seperti
mimpi di dalam mimpi, bahkan aku pun tak sanggup lagi berkhayal dalam lamunan.
Sejenak
kunyalakan radio dan kuputar lagu favoritku dari kaset usangku hanya untuk
mengalihkan pikiranku untuk sementara dan nampaknya kau tak ingin mendengarnya.
Musik instrumental dengan nuansa yang sangat ciamik walau tanpa lirik. Musik
yang cocok untukku saat ini yang tak lagi mempunyai kata cadangan. Kunikmati
iramanya serambi menutup mata dan kubuka mataku tanpa sengaja menatap jam
dinding yang menyeru kepadaku. Ingat, ia tak akan berhenti walau hanya sekedar
menikmati secangkir kopi. Tak hentinya seru jam dinding mengingatkanku pada
suatu pilihan. Apakah ketidaktahuanku akan selalu menutup sebelah mataku? Atau
apakah ketidaktahuan ini adalah senyum hari depan. Setiap detik dalam hidup
adalah isyarat dan setiap kata yang terungkap adalah rahasia makna.